Pernikahan Dini Menyebabkan Tingginya Kasus Stunting
LIRIKNEWS – Stunting menjadi hal yang membutuhkan kerjasama dari berbagai pihak untuk menyelesaikannya.
Menurut situs resmi WHO, stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang dialami anak-anak akibat gizi buruk, infeksi berulang, dan stimulasi psikososial yang tidak memadai.
Angka stunting di Kabupaten Bandung menjadi salah satu wilayah di Jawa Barat dengan prevalensi stunting terbilang tinggi.
Adanya hal tersebut, Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Bandung Elin Wati merasa miris dengan masih tingginya kasus stunting dan pernikahan dini di Kabupaten Bandung.
“Tingginya angka stuting disebabkan masih maraknya pernikahan dini,” ujar Elin saat di konfirmasi, Sabtu (3/12/2022).
Karena itu, kata Elin, masalah stunting dan pernikahan dini perlu terus disosialisasikan oleh pihak terkait kepada masyarakat. Namun, Elin menilai Pemkab Bandung saat ini melakukan upaya terus menerus agar kedua kasus tersebut teratasi dan mengalami penurunan signifikan.
menurut Elin, masalah stunting dan pernikahan dini perlu terus disosialisasikan pihak terkait kepada masyarakat. Namun ia menilai Pemkab Bandung saat ini dengan serius terus melakukan upaya agar kedua kasus tersebut teratasi dan mengalami penurunan signifikan.
“Pemkab Bandung memang sedang menangani kasus stunting dengan betul-betul serius. Lebih dari 102 kasus dalam satu Kabupaten Bandung itu jumlah yang cukup besar, yang perlu terus didorong oleh semua pihak agar terjadi penurunan,” ungkap Legislator PAN yang sekaligus Ketua Badan Kehormatan DPRD Kabupaten Bandung ini.
Elin mengaku, belum lama ini dirinya mendapatkan pertanyaan dari seorang warga yang masih belia terkait tingginya kasus stunting dan pernikahan dini di Kabupaten Bandung.
“Wanita muda itu mempertanyakan bagaimana upaya Pemkab Bandung terhadap dua kasus tersebut yang dinilai masih cukup tinggi,” kata Elin.
Tingginya kedua kasus itu, lanjut Elin, salah satunya diakibatkan karena pengetahuan keluarga yang kurang, di sisi lain karena anak-anak yang menikah pasti belum siap menghadapi kehidupan berumahtangga.
“Stunting dan pernikahan dini bisa saling terkait, karena dengan nikah muda mereka belum begitu faham bagaimana merawat anak-anak atau karena pengetahuannya terbatas bagaimana dalam merawat anak dan bagaimana pola hidup sehat. Sehingga kondisi itu rentan terjadinya kasus stunting pada anak-anak mereka,” jelasnya.
Selain itu, ungkap Elin, akibat pernikahan dini, tidak menutup kemungkinan bisa berdampak terhadap tingginya angka perceraian di Kabupaten Bandung, khususnya bagi pasangan muda.
“Selain stunting, tingginya kasus perceraian di Kabupaten Bandung, mungkin salah satunya akibat pernikahan dini,” paparnya.
“Mereka dalam merawat anak harus dihadapkan dengan realita kehidupan, mereka kadang terkurung di kamar untuk merawat anak, sementara pengetahuannya terbatas dalam merawat anak yang sehat, hal itu kendala yang betul-betul harus bisa terpecahkan dan dicari solusi yang lebih tepat untuk menurunkan angka stunting di Kabupaten Bandung,” ungkapnya.
Dikatakan Elin, untuk penanganan hal tersebut, sudah ada anggaran dari APBD untuk penanganannya dan aturannya telah ditetapkan melalui peraturan daerah (Perda).
“Artinya peran pemerintah terhadap kasus pernikahan dini ini aturan pemerintahan sudah jelas, untuk pernikahan itu kan harus di atas 20 tahun bagi perempuan dan 25 tahun untuk laki-laki, seperti itu. Tapi ketika melihat realita di masyarakat, kita tidak bisa berkata apa-apa lagi ketika anak-anak mereka lebih memilih menurut pada keluarganya itu sendiri,” pungkas Elin. (Yul)
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow