Kementerian PU Ground Breaking Kolam Retensi di Andir Baleendah
KABUPATEN BANDUNG, liriknews.com – Gubernur Jawa Barat (Jabar) H. Ridwan Kamil dan Direktur Jenderal (Dirjen) Sumber Daya Air (SDA) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Jarot Widyoko, didampingi Bupati Bandung H. Dadang Naser, melakukan Ground Breaking Pembangunan Kolam Retensi dan Polder-polder Andir.
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menyebut, pembangunan setiap kolam retensi harus berpotensi memunculkan pariwisata. “Jangan hanya tempat air, kalau bisa ada gagasan agar orang bisa rekreasi,” ungkap Ridwan Kamil usai kegiatan, Kamis (10/12) sore.
Dikatakan Kang Emil, panggilan akrab Ridwan Kamil, bahwa keberhasilan program Citarum Harum, akan diadopsi pihaknya untuk mengendalikan pencemaran di Sungai Cilamaya dan Cileungsi.
“Kebencanaan Jabar itu mayoritas hidrologis. Jabar adalah provinsi paling banyak unsur aliran airnya. Aliran air bisa menjadi berkah atau musibah, tergantung kita menyikapi sumber air tadi,” kata kang Emil.
Sementara itu dalam sambutannya Dirjen SDA Jarot Widyoko mengemukakan, setelah berfungsi, Kolam Retensi Andir akan mampu menampung volume air sebanyak 137.000 meter kubik (m3).
“Kementerian PUPR tidak bisa mengatasi banjir, kami hanya berupaya mengendalikan. Seandainya terjadi banjir, ini akan sangat signifikan dari sisi waktu surut genangan,” terang Jarot Widyoko.
Dengan panjang 297 kilometer (km) dan luas 11.000 kilometer persegi (km2), atau sekitar 32% luas Provinsi Jabar, bebernya, Sungai Citarum terdiri dari 19 DAS yang secara administratif melintasi 12 kewenangan kabupaten kota. Berawal dari hulu sungai di Situ Cisanti yang berada di kaki Gunung Wayang dan bermuara di Laut Jawa.
“Citarum menyediakan air berlimpah untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari masyarakat, dan perkotaan bahkan hingga ke ibukota (Jakarta). Tidak hanya untuk minum, tapi juga untuk kebutuhan industri, dan menggerakkan turbin pembangkit listrik untuk menerangi pulau Jawa dan Bali,” beber Jarot.
Pertumbuhan penduduk yang berkembang sangat pesat, tambah dia, mengakibatkan terjadinya perubahan. Hujan yang biasanya turun masuk ke dalam tanah, menjadi turun ke sungai yang mengakibatkan beban volume air berlebih.
Tingginya kebutuhan air berdampak pada penggunaan air tanah secara tidak terkendali. Banyak sekali sumur-sumur bor di atas 100 m. Selain itu, alih fungsi lahan berdampak besar terhadap laju infiltrasi dan meningkatnya aliran di permukaan sungai, sehingga menimbulkan banjir.
“Penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan kaidah-kaidah teknis, juga menimbulkan erosi sehingga terjadi sedimentasi. Padahal kita tahu, sungai tidak pernah bertambah panjang sendiri. Kita bisa berbuat mulai dari yang terkecil, dari masyarakat sampai yang dilakukan oleh pemerintah,” pungkas Jarot. (**)
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow