Drakor Membawa Berkah Bagi Dewi Pelaku UMKM Makanan Korea
LIRIKNEWS.COM, KAB BANDUNG – Pelaku UMKM dibawah binaan Disperindag Kabupaten Bandung berhasil mengembangkan bisnis makanan Korea yang berujung menghasilkan keuntungan. Berkembangnya bisnis tersebut berawal dari hobi nonton drama korea (Drakor)
Owner Eomma Buok, Dewi Ayu mengungkapkan, produknya itu diberi nama Eomma Buok yang dalam bahasa Indonesia berarti dapur ibu. Nama tersebut memiliki visi agar pelanggan yang mengonsumsi produk Eomma Bouk bisa merasakan sensasi makan masakan ibu.
Hingga saat ini, kata Dewi, sudah ada
berbagai jenis makanan Korea yang diproduksi diantaranya kimchi, tteokbokki, jjangmyeon, kimbab dan lainnya.
“Produk makanan ini awalnya terinspirasi dari drakor yang sering di tonton, namun Alhamdulillah sekarang menjadi penghasilan sehari-hari,” kata Dewi saat di wawancara, Selasa (8/2/2022).
Dengan cara menonton video dari food blogger asal Korea Selatan, Dewi bisa mendapatkan resep makanan yang ada di negeri ginseng tersebut. Selain itu, Dewi juga menjalani les privat bahasa Korea agar bisa memahami ucapan yang disampaikan food blogger tersebut. Jadi selain bisa mendapatkan penghasilan, bisnisnya tersebut juga membuat Dewi bisa belajar bahasa Korea.
“Biasanya orang Korea terkenalnya sama bahasa Inggris, jadi otomatis kita yang harus belajar bahasa, kebetulan saya juga privat bahasa Korea,” ujar Dewi.
“Jadi sebelumnya kita ke usaha dulu. Dari situ kita kembangkan ke bahasa, karena kita kan terus update menu juga, jadi menyesuaikan dengan menu-menu yang ada disana, makanya otomatis kita menyesuaikan bahasanya juga,” tutur Dewi.
Dalam proses pembuatan masakan Korea, menurut Dewi, tidak ada kesulitan. Hanya yang menjadi kendala adalah menemukan bahan baku utamanya yaitu Gochujang yang halal. Tapi sekarang sudah ada pabrik Gochujang di Indonesia sehingga stoknya pun sudah mulai terpenuhi. Dewi mengolah makanan Korea itu disesuaikan dengan lidah orang Indonesia.
“Karena kan kalau dari Korea langsung itu semuanya bahan mentah, kalau kita menyesuaikan sama lidah Indonesia jadi ada beberapa bahan dasar itu kita tumis dulu, jadi enggak berbau anyir dan enggak pahit dimakan, jadinya itu sih kelebihan kita,” ungkap Dewi.
Dewi menjual produknya dengan kisaran harga Rp10 ribu sampai Rp15 ribu. Makanan Korea buatan Dewi itu menyasar anak muda dan ibu muda yang dipasarkan melalui e-commerce dan promosi secara offline dari mulut ke mulut. Selain itu, Dewi juga sudah bekerjasama dengan caffe Korea.
“Satu bulan 150 sampai 200 kilogram, produksi sama suami dan kurir ada khusus dari kita. Omzet antara Rp2 juta sampai Rp3 juta, karena yang besar omzetnya itu dari caffe, karena sekali repeat order sampai 10 kilogram untuk tiga hari sampai seminggu,” tutur Dewi.
“Saya menyarankannya dijadikan makanan pendamping, biasanya sama mie instan atau dijadikan olahan nasi goreng. Jadi topping, pas masukkin ke kuahnya pedas asam manisnya itu dapat,” sambungnya.
Dalam rangka pengembangan bisnisnya, Dewi berencana mengeluarkan menu baru seperti kimchi jigae yaitu sup tapi bahan dasarnya adalah kimchi. Dewi juga berencana memasarkan produknya ke beberapa negara lain.
“Cuman kemarin kita ada pembinaan dari e-commerce itu ekspor ke enam negara yaitu Malaysia, Singapura, Vietnam, Thailand, Brazil,” tandasnya. (Ris)
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow