Banjir Bandang dan Longsor di Ciwidey Akibat Lahan Hutan Yang Rusak

Banjir Bandang dan Longsor di Ciwidey Akibat Lahan Hutan Yang Rusak

Smallest Font
Largest Font

LIRIKNEWS – Sungai Ciwidey kembali meluap, akibatnya banjir dan longsor menerjang wilayah Pasirjambu, Kecamatan Ciwidey dan Kecamatan Rancabali (Pacira), Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Selasa (13/6/2022) kemarin.

Ketua Komisi C DPRD Kabupaten Bandung, H.Yanto Setianto menanggapi adanya kejadian tersebut.

Menurut Yanto, banjir yang terjadi di Kecamatan Pasirjambu, Ciwidey dan Rancabali (Pacira) akibat ada kawasan hutan yang dirusak.

“Entah yang merusak oleh siapa, apa oleh obyek wisata atau oleh perusahaan panas bumi (GeoDipa), untuk melakukan peninjauan harus oleh ahlinya. Sehingga kita tidak bisa mengasumsikannya terlebih dulu,” kata Yanto saat di wawancara, di ruang kerjanya, Soreang, Rabu (14/6/2022).

Dikatakan Yanto, selama ini Pacira tidak pernah banjir. Namun, karena ada lahan yang rusak sehingga mengakibatkan longsor dan banjir bandang.

“Pertama banjir di Pacira pada tahun 2017, karena di wilayah hulu Sungai Ciwidey airnya meluap. Dan pada ada 6 Juni 2022, diterjang banjir bandang, yang menyebabkan satu jembatan putus, serta puluhaan rumah terancam ambruk karena arus sungai terus mengikis rumah tersebut,” jelas Politisi Partai Golkar.

Yanto tidak menyangkal, bahwa selama ini banyak pihak menuding PT. GeoDipa penyebab rusaknya lingkungan di Pacira yang menyebabkan banjir bandang dan longsor.

“Komisi C akan meninjau kesana, kerusakan lahan sampai dimana dan penggantian lahannya dimana. Lahan pengganti itu bukan di daerah lain, kerusakan di GeoDipa lahan pengganti di wilayah lain jangan seperti itu. Supaya tidak menimbulkan kerusakan bagi yang lain,” ungkapnya.

“Dia (GeoDipa) harus memperbaiki kerusakan kawasan hutan yang telah rusak di Pacira,” ujarnya.

Dia juga mengaku, akan segera melakukan koordinasi dengan dinas PUTR dan LH Kabupaten Bandung, supaya yang dikeluhkan masyarakat bisa segera terselesaikan.

“Sebelumnya, di Kabupaten Bandung ada proyek panas bumi yang dikelola PT. Chevron. Saat itu pihak PT mengatakan, jika perusahaannya hanya membuat 6 sumur dan 3 diantaranya sudah tidak berfungsi,” jelasnya.

Namun kata Yanto, saat dilakukan peninjauan ke lapangan banyak lahan hutan yang dibuka dan digunakan untuk membangun jalan untuk akses ke lokasi proyek.

“Kalau untuk sumur mungkin hanya beberapa meter tapi untuk jalan, lebar berapa, panjang berapa itu yang dibabad hutan,” paparnya.

“Saat itu Chevron menyiapkan lahan pengganti, tetapi kita tetap menuntut karena pohon yang usianya puluhan tahun tetapi diganti sama pohon yang tingginya baru sejengkal. Bahkan pohon tersebut tak terurus,” tandasnya. (Ris)

Editors Team
Daisy Floren

What's Your Reaction?

  • Like
    0
    Like
  • Dislike
    0
    Dislike
  • Funny
    0
    Funny
  • Angry
    0
    Angry
  • Sad
    0
    Sad
  • Wow
    0
    Wow